You're the Actor. I'm just a Viewer.
You're the Idol. I'm just a Fan.
You're the Rain. I'm the Storm.
You're the Rainbow. I'm the Lightning.
You're the Spring. I'm the Autumn.
You're the Prince. And I'm the stupid Frog...........who fall for you.
Thursday, February 28, 2013
Thursday, February 21, 2013
Aku ke Kamu
Seperti bintang dan gadis kecil yang menerawang keatas langit, mengarahkan jari-jari mungilnya untuk meraih satu dari jutaan bintang diatas sana sambil menyunggingkan senyum termanisnya. Terlihat, tapi tak dapat dijangkau. Nampak dekat, tapi sebenarnya jauh. Ia menggumam kesal, "Mengapa bintang itu begitu jauh?" Lalu seorang anak laki-laki disampingnya menjawab, "Ya memang begitu, kamu bisa terus tersenyum setiap kali melihatnya dan mengagumi keindahannya, tapi kamu tidak akan bisa meraihnya."
Monday, February 11, 2013
Bahagia itu...
Bahagia itu kita sendiri yang menciptakannya, kan?
Bukan dia, bukan juga mereka.
Lalu bagaimana jika kita sendiri tidak merasa bahagia?
Bagaimana bisa kita merasakan bahagia?
Orang-orang itu bohong tentang perkataan bahagia itu sederhana.
Lalu, apa aku kurang cukup sederhana untuk merasakan bahagia?
Bahagia itu melihat orang-orang disekeliling kita bahagia.
Namun, bagaimana jika orang-orang disekeliling kita tidak juga bahagia?
Dan, bagaimana jika aku lupa bagaimana rasanya menjadi bahagia?
Sunday, February 10, 2013
Cekrek
Bug. “Ups sorry ya ngga sengaja.” Aku bangkit setelah
mengambil beberapa buku yang terjatuh akibat tertabrak oleh…..hei cewek ini
lagi…
“Iya nggak pa-pa.” Jawabku sambil menyunggingkan seulas
senyum, yah kalau aku boleh jujur senyum terpaksa tentunya.
“Tu cewek anak mana sih?” Aku kembali mengalihkan
pandanganku pada Ara, sahabatku di kelas setelah melihat cewek berkulit putih,
tinggi semampai dan…well, cantik ini menghilang dibelokan koridor kelas yang
sedang aku ikuti saat ini. Fotografi.
“Sastra indo.” Ara menjawab sambil terus mengunyah permen
karet yang sampai siang ini sudah bertahan 4 jam didalam mulutnya. She’s a
bubble gum addict.
“Ribet banget ngeliat dia tiap hari bolak-balik kesini” Aku
menarik kursi yang berada di dua deret terakhir, Ara melakukan hal sama dan ia
duduk disebelah kananku.
“Yaiyalah, incerannya kan anak fotografi, dikelas ini.”
Jawab Ara dengan nada ‘betapa-kupernya-elo-sampe-nggak-tau-hal-ini’.
“Inceran?” Balasku.
“Iya, dia suka sama si Dimas itu tuh……eh bentar lo tau kan
Dimas itu yang mana?”
“Hei, aku nggak secupu itu. Yang itu kan?” Aku menunjuk orang
yang berada tiga meja didepanku, cowok dengan kaos abu-abu tua sedang memainkan
jari-jarinya sambil mengenakan earphone ditelinganya. Sesekali ia terlihat
menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan music yang mungkin sedang ia dengar.
“Nggak usah ditunjuk juga, Pinteeeerrrrr.” Ara menepis
lenganku dengan satu hentakan cepat.
“Yaudah santai aja. Dikelas kan cuma ada kita bertiga doang.
Lagian juga dia kan lagi make earphone. Dia mana denger kita lagi ngomongin
dia.” Aku berusaha membela diri.
“Emang kita lagi ngomongin dia ya?” Ara mengerlingkan mata
dan menatapku penuh arti. Oh Tuhan, anak ini selalu saja instan dalam
menyimpulkan sesuatu. Aku hanya menggeleng-geleng pelan kepalaku dan meraih tas
disamping kakiku mengambil pensil warna dan mencorat-coret binder yang ada
dihadapanku.
“Dia cakep ko. Keren. Pinter juga ngambil gambar. Ya,
cocoklah jadi calon-calon fotografer handal yang kece. Panteslah semua cewek
kepincut sama dia.” Lanjut Ara. Aku tidak membantah perkataannya. Well, cowok
itu memang good looking dan dia cukup terkenal dikalangan dosen fakultasku
berkat hasil-hasil gambarnya. Namun aku harus tetap terlihat tidak tertarik
dengan pembicaraan ini dengan Ara, jadi aku putuskan tetap sibuk dengan pensil
warna dan kertas binder yang ada dihadapanku. Biarkan dia berceloteh panjang
lebar tentang cowok yang sekarang sedang merapikan earphone-nya dan
memasukkannya kedalam tas ransel miliknya. Hei tunggu, tunggu, aku bukan sedang
memperhatikan dia loh ya. Aku cuma, ya…..melihat sekilas kearahnya.
“Nggak semua cewek kali. Aku nggak, tuh.” Balasku yakin.
“Who knows?” Sahutnya singkat sambil menatapku penuh arti.
“Terserah deh.” Aku meraih pensil warna biru untuk
melengkapi gambar pada binder dihadapanku. Malas meladeni Ara kalau sedang
terkena syndrome ‘ngecengin’ orang kayak yang sekarang ini.
Satu persatu mahasiswa lainnya berdatangan. Dan yap,
duabelas orang anak fotografi termasuk aku, Ara dan….Dimas sudah ada diruangan
ini.
Tidak lama kemudian Kak Dobi datang. Dosen yang memang
selalu tampil nyentrik ini kali ini memakai kacamata berframe oranye cerah
senada dengan kemeja dan sepatu yang ia kenakan senada dengan jeans coklat tua
yang sudah belel namun justru malah terlihat keren bagiku. Anak-anak enggan
memanggilnya ‘Pak’ karna, ya, dia memang tidak setua itu untuk dipanggil dengan
sebutan ‘Pak’, lagipula melihat penampilannya sehari-hari yang seperti itu…yah
kalian mungkin bisa membayangkannya.
“Tu dosen bisa nggak sih sehari aja pakaiannya bener. Lu
bayangin aja ni hari panas mentereng dan dia pake pakaian kayak gitu.” Ara
mendecakkan lidah sambil menggoyangkan pelan kepalanya dengan satu tangan
menopang dagunya. Heran melihat penampilan dosennya itu.
“He has his own style.” Aku menyahut sambil merapikan pensil
warna yang berserakkan dimejaku dan memasukkannya kedalam tas.
“Yaiya sih,” Ara menggantungkan kalimatnya.
Aku menoleh dan menaikkan sebelah alisku mengisyaratkannya
agar melanjutkan kalimatnya.
“Tapi dandanannya itu……cuco banget, cyinnnnnn”
Sontak aku langsung tertawa keras melihatnya berkata seperti
itu sambil memeragakan gaya, dan suara seorang cowok yang berkelakuan
ke-cewek-cewek-an.
“Jingga.”
Aku tersentak dan langsung menghentikan tawaku mendengar
namaku dipanggil. Nggak mungkin ada Jingga selain aku di kelas yang hanya terdapat
7 orang cewek dan 5 orang…..maksudku, 6 orang cowok jika Kak Dobi dihitung
sebagai cowok (tulen). Aku langsung menatap kesumber suara yang sangat familiar
ditelingaku ini.
Seakan bisa menjawab kebingunganku Kak Dobi melanjutkan,
“Kamu satu kelompok sama Radimas.”
Refleks Aku menoleh kesamping dan Ara sudah menatapku dengan
tatapan super duper isengnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)